Laman

Rabu, 24 Februari 2010

Aku dan Laki-laki itu


Masih kulihat di ujung sana,…

Seberkas sinar memberikanku terang,..

Untuk berani melangkah walaupun sesulit apapun,..

Aku tak akan berputus asa,..

Mataku nanar menatap lampu kamarku yang redup, kutatap sekelilingku bunga-bunga mawar merah dan melati masih bertebaran di lantai kamar pengantinku. Masih ku tatap wajahku yang penuh dengan make up selepas resepsi pernikahanku dengan Bima. Rasa bahagia masih sangat terasa, namun terkadang gundah sering merajai sudut hatiku yang karam dalam ketakutan.

Bima tersenyum memandangku, memberikan senyuman terindahnya untuk istri yang baru pagi tadi ia nikahi. Masih terasa syahdu kalimat ijab dan qabul yang memenuhi relung kalbuku, namun tiba-tiba sekelebat perih kembali membahana jiwa rapuhku. Bima masih tetap tersenyum sembari memijat lembut kedua bahuku yang terasa kaku.

//“Apa kau sangat bahagia dengan pernikahan kita sayang”//Bima memelukku sembari memberikan kecupan yang lembut di pipiku.

Aku hanya diam, masih tetap memandangnya dengan senyumanku yang sedikit kutahan. Pikiranku masih berlari ke sana kemari mencari sudut yang tepat untuk meletakkan terminal ketenangan itu. Bukankah kemarin aku telah berjanji bahwa terminal kedamaian itu ada pada Bima, yang mampu membuat aku lebih kuat dari hari ke hari.

Sudah lama kutetapkan hatiku untuk bangkit dari keterpurukan yang tak pernah aku inginkan, keinginan untuk menjadi kuat itu semakin ada dengan kehadiran Bima yang selalu menjadi sahabat yang penuh semangat dan cinta. Sekali lagi, aku tak ingin menjadi tiada dalam ada.

-----------

No matter how hard the past, you can always begin again,…

Tidak seperti biasanya aku mengendus sikap yang aneh dari bang Madi, laki-laki bertubuh kecil berperawakan aneh, yang paling ku ingat batang hidungnya yang sangat menonjol dari sekian organ di wajahnya persis seperti Petruk seorang tokoh dalam pewayangan. Tubuh kecilku berontak, melepaskan setiap genggaman kuat Bang Madi seorang penjaga sekolahku tepat di halaman belakang sekolah tempat aku sering memanjat pagar yang banyak ditumbuhi tumbuhan Passiflora quadrangularis L aku sering menyebutnya konyal atau buah markisa.

Kebun belakang sekolah adalah tempat favoritku di sekolah ini. Bahkan itu sudah menjadi rutinitasku berpamit dengan tanaman-tanaman sebelum menggayuh sepeda kecilku lalu pulang ke rumah. Rutinitas kali ini berganti dengan tragedi yang tak akan ku lupa seumur hidupku.

Tanganku terlalu lemah dan kecil untuk dapat melepaskan diri dari setiap kuncian tangan bang Madi pada setiap tangan dan kakiku. Entah bagaimana caranya dia mampu begitu cepat melumpuhkanku padahal aku telah berusaha sekuat tenagaku. Namun aku ingat aku hanya seorang anak kelas 1 sekolah dasar.

Aku berteriak tapi tanpa suara, bahkan aku nyaris tak mampu bernafas karena telapak tangan bang Madi yang besar memenuhi mulut dan hidungku yang kecil. Tak ada seorangpun yang mendengar teriakanku yang dibungkam bang Madi.

/”sssssttttt,…tenang anak manis, bang Madi hanya mau bermain-main saja denganmu, kita ambil buah Markisa mau kan??”// dengus laki-laki berumur 30 tahunan itu di telingaku. Tubuhnya berbau keringat membuatku mual dan pusing. Rasanya hilang semua kekuatan dalam diriku, saat dia menggendong tubuhku ke kamar mandi belakang sekolah.

Kamar mandi itu berukuran besar namun di bagian atasnya terbuka lebar tanpa atap. Sekelilingnya hanya berdinding tembok tinggi. Di dekat kamar mandi itu hanya ada satu bangunan perpustakaan sekolah yang jika siang hari seperti ini akan sangat sepi. Laki-laki itu tak melepaskan tubuhku sedetikpun dari gendongannya. Aku menangis sesenggukan setelah lelah menangis sambil berteriak karena tak seorang yang mendengarkan jeritan histerisku.

Tubuh kecilku menggigil ketakutan di sudut kamar mandi menyaksikan bang Madi melucuti satu persatu celana panjang hingga pakaian dalamnya. Dia menatapku penuh gairah seperti bertemu wanita dewasa yang akan memenuhi nafsu birahinya yang membludak hingga ke ubun-ubunnya.

Aku tak pernah mengerti mengapa ada kelainan seksual seperti ini, aku yakin semua orang setuju dengan pendapatku bahwa kelainan seksual seperti ini sangat biadab karena korbannya adalah anak-anak yang masih sangat polos dan tanpa dosa. Bukan hanya saja biadab tapi sangat menghancurkan masa depan si korban secara kejiwaan. Aku tak bisa membayangkan generasi selanjutnya yang akan hadir dengan penyakit jiwa semacam ini.

“Ayo pipis dulu anak manis,..Bang Madi buka celana mu ya biar ga ngompol” tanpa persetujuankupun laki-laki itu memaksa melucuti celana dalam ku.

“Aku tidak mau pipis,…aaaku mau pulang,..Bunda pasti sudah menungguku” terbata-bata aku menyusun kalimat itu bahkan bibirkupun bergetar mengucapkannya. Bang madi hanya tersenyum namun ada sedikit gusar di bola matanya yang bercampur dengan keinginan bejatnya tadi, sehingga tatapan matanya membuatku takut yang luar biasa.

Bang Madi mulai menunjukkan aksi gilanya, dia menggendong tubuhku yang dingin menggigil. Dengan kejam dia memasukkan alat kelaminnya yang besar itu. Aku berteriak luar biasa sakitnya, mengapa ada orang gila seperti bang Madi yang menyiksa anak kecil seperti diriku. Pikiran anak kecilku tak pernah memikirkan bahwa dia mempunyai kelainan seksual. Yang ku tau bang Madi orang jahat yang suka menyakiti anak-anak seperti aku.

Jeritanku justru semakin membuat bang Madi bergairah, matanya terpejam merasakan sensasi yang dahsyat atas perlawanan yang aku lakukan. Nafasnya yang terus memburuku. Penyakit itu benar-benar telah menggerogoti dirinya, menyakiti kejiwaan dan pikirannya. Belum puas dengan itu dia memaksaku menyentuh kelaminnya. Aku benar-benar ingin muntah mencium aroma cairan yang keluar dari kelaminnya.

Kelaminku terasa sakit, sangat sakit seperti disayat pisau yang karatan, bang Madi melepaskan gendongannya dan membiarkan aku menangis menahan sakit di sudut kamar mandi. Bang Madi membelakangiku, setelah tak berhasil menghujamkan kelaminnya di antara selangkanganku. Sekilas aku melihat bang Madi melakukan sesuatu yang tak pernah kulihat sebelumnya, dia seperti melakukan sebuah “pesta” besar dengan kelaminnya. Setelah dewasa aku baru tahu bahwa dia sedang masturbasi.

Aku menatap ke arah langit yang sedikit mendung, aku hanya ingat bunda,aku mau bunda menolongku. Allah Yang Maha Kuasa dengarkan aku begitu ucap bunda suatu kali mengajarkanku meminta pertolongan dariNya. Pintu kamar mandi yang tidak dikunci dan posisi bang madi yang membelakangiku memberikanku kesempatan untuk lari dari kenyataan yang menyakitkan ini.

Setengah mengendap-endap aku menuju ke arah pintu. Aku berlari sekuat tenaga ketika bang madi mendesah kencang merasakan orgasme. Tentu saja dia tak sempat menghadangku bahkan mengejarku karena posisinya yang tak mungkin untuk mengejarku. Dari kejauhan aku hanya mendengar bahwa dia mengancamku jika berani membuka cerita ini pada orang lain.

Sepeda kecilku oleng ke kanan ke kiri menahan bobot tubuhku yang linglung menggayuh sepeda. Jarak rumahku yang tak terlalu jauh dari sekolah terasa sangat jauh seperti melalui beberapa gunung dan bukit. Rasanya begitu jauh untuk memperoleh dekapan bunda.

Umurku baru 6 tahun merasakan kejadian yang luar biasa menyakitkan ini. Aku tak pernah menyangka Bang Madi akan berlaku sekejam itu padaku. Selama ini sikapnya sangat santun bahkan selalu baik dan menyenangkan anak-anak yang duduk sekelas denganku di Sekolah Dasar ini. Namun aku baru mengetahui begitulah seorang pedofil mendekati calon korbannya. Berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan dari orang-orang terdekat seperti guru-guru di sekolahku sebelum menjalankan aksi biadabnya. Bahkan usaha untuk memperoleh kepercayaan itu bisa memakan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Sepanjang jalan pulang aku sangat menyesal tidak mematuhi pesan bunda kalau selesai sekolah harus langsung pulang. Ternyata berakibat demikian beratnya padaku. Ku lempar saja sepedaku di halaman rumahku. Nafasku berderu sangat cepat memaksaku untuk duduk diam sejenak di depan rumahku. Masih kurasakan aroma keringat bang Madi yang ingin membuatku muntah. Takut, aku sangat ketakutan.

“Ada apa Kayla?? Dikejar anjing galak di simpangan jalan masuk ke komplek lagi??” bunda memelukku lembut sambil menyodorkan minuman dingin untukku. Keringat dingin membasahi tubuhku, wajahku pucat pasi namun aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan bunda.

Entah mengapa hilang keberanianku untuk mengatakan hal yang sebenarnya pada Bunda di kali pertama bunda menanyakan hal ini. Wajah bang Madi yang mengancamku sebelum aku lari sekuat tenaga tadi masih terlihat jelas di mataku, seolah-olah kejadian itu merupakan kesalahanku. Sekarang ketakutan justru mengalahkan keberanianku untuk mengungkapkan apa yang baru saja terjadi.

----------

“Ayo Kayla,..bangun anak pinter, kan harus sekolah jangan sampai terlambat loh” Bunda membangunkanku dari tidurku yang kurasa sama sekali tak nyenyak malam ini. Kepalaku sedikit pusing karena berulang kali terbangun serasa berada dalam mimpi buruk yang berkepanjangan dan tak pernah ada akhirnya.

“Bunda,..Kayla ga enak badan nih, kepalanya hanget neh” aku mencoba membohongi bunda supaya hari ini aku tidak ke sekolah lagi. Bunda meraba keningku yang sama sekali tidak panas. bunda mengernyit sejenak, mungkin sedang berfikir ada apa denganku yang biasanya sangat rajin ke sekolah tiba-tiba hari ini memilih di rumah saja.

“wajahmu memang agak pucat, tapi badanmu sama sekali tidak panas anak manis” bunda memastikan bahwa aku baik-baik saja, tapi ya sudah biar hari ini di rumah saja mungkin sehari istirahat sudah cukup, besok kamu harus sekolah ya pinter” bunda berlalu dari hadapanku, aku bersorak dalam hati hari ini aku tak akan melihat tampang laki-laki seperti hantu itu.

Aku beranjak ke kamar mandi, sedikit meringis dan mataku berkaca-kaca menahan sakit pada selangkanganku. Aku sungguh merasakan perih, aku tak sanggup menahannya. Aku menangis menahan nyeri yang semakin lama semakin perih ketika diguyuri air.

“Bunda,..pipis Kayla sakit,..aku merengek menangis mencari bunda. Saat merasa sakit seperti ini hanya bunda yang paling mengerti kondisiku. Aku menangis merengek di pangkuan bunda. Dengan cekatan bunda mencari sumber sakit yang aku rasakan.

Aku melihat dengan jelas wajah bunda yang berubah menjadi kaget begitu melihat kelaminku terdapat memar dan lecet dengan sigap bunda mengambil air hangat untuk mengompres lukaku. Rasa perihnya semakin menjadi saat bunda membersihkan lukaku. Sekilas kulihat wajah bunda yang panik dan penuh selidik ingin segera mengetahui apa sebenarnya yang terjadi padaku.

“Kayla,..ini lukanya tidak wajar sayang, cerita sama Bunda..apa kayla jatuh atau ada seseorang yang menyakiti kayla..Cerita sama bunda ya nak” bunda terlihat berkaca-kaca, ketika dewasa aku baru bisa membayangkan bagaimana perasaan khawatir dan sedihnya sebagai seorang ibu ketika sesuatu yang buruk terjadi pada buah hatinya. Aku masih tetap diam memandang bunda yang mulai menitikkan air mata. Berulang kali bunda meyakinkan aku, bunda akan selalu menjagaku.

Mulutku yang kemaren terkunci untuk menceritakan hal ini akhirnya mengeluarkan kata-kata yang membuat hati bunda semakin miris. Air matanya semakin bercucuran, namun dia berusaha menguatkan dirinya agar aku juga tidak takut untuk menutupi semua kejadian ini.

Bunda segera berganti pakaian, begitu juga dengan aku. Aku tak tahu hendak kemana bunda membawaku. Selama ini bunda memang menjadi single parent semenjak ayahku telah tiada. Aku baru tahu kalau bunda membawaku ke sekolah setelah memarkirkan motor bebeknya di parkiran sekolah. Jantungku langsung berdegub kencang. Aku takut jika harus bertemu dengan bang Madi lagi.

“kenapa kita harus ke sekolah bunda?? Aku tidak mau,…”aku menangis tidak mau turun dari boncengan bunda. Tapi bunda hanya diam dan mencoba bersikap setenang mungkin. Bunda menatap ke sekeliling sekolahku. Tidak terlihat bang Madi yang biasanya nongkrong di depan kantin sekolah untuk menyiapkan minuman untuk guru-guru.

Bunda menggendongku yang masih tetap menangis dalam pelukannya. Dadaku sesak, ku peluk bunda dengan sedikit gemetar. Bunda melangkah perlahan ke ruangan kepala sekolah dengan tujuan yang jelas. Aku bisa merasakan dada bunda yang naik turun menahan marah, sedih dan kekecewaan.

-----------

Ruangan itu beralaskan karpet hijau yang memenuhi semua ruangan, kipas angin yang berputar ke kiri ke kanan mampu menahan sedikit suhu yang panas hari ini. Namun aku tahu panas di hati bunda sama sekali tidak hilang.

“Saya hanya ingin sekolah melaporkan kejadian yang dialami Kayla, saya yakin anak-anak yang lain juga akan menjadi korban selanjutnya jika tidak segera bertindak. Bundaku tiba-tiba menjadi sangat tegas ketika melihat gelagat dari pihak sekolah yang tak begitu mau diributkan dengan masalah penjaga sekolahnya ini”.

Tolong,…apa Bapak bisa membayangkan bagaimana perasaan saya sebagai seorang ibu Kayla yang anaknya menjadi korban kebejatan Madi Penjaga sekolah ini. Saya hanya ingin bapak berganti sejenak 10 menit saja merasakan apa yang saya rasakan sebagai seorang ibu. Seharusnya anak saya di usia seperti ini bisa merasakan masa-masa bermain dan belajarnya, namun sekarang hidupnya penuh dengan ketakutan dan kecemasan”.

Bunda berlinang airmata saat menceritakan kejadian yang aku alami. Saat bunda menangis aku baru menyadari betapa besar cinta seorang ibu. Walaupun saat itu aku belum begitu mengerti bagaimana mengungkapkan kasih sayang, tapi aku sangat yakin air mata yang berlinang, emosi bunda yang meluap karena amarah merupakan salah satu bentuk besarnya cintanya padaku.

“Apa yang harus saya lakukan selain memberikan therapy untuk Kayla, saya tak ingin dia tumbuh menjadi anak yang merasa rendah diri, takut bahkan saya takut bisa berakibat fatal yang lainnya, tak jarang anak-anak korban pedofil menyayat tubuh mereka. Saya tak akan menuntut pihak sekolah, saya hanya minta sekolah melaporkan Madi ke polisi. Sementara urusan kejiwaan Kayla saya akan mengatasi sendiri” bunda mengeluarkan uneg-uneg di hatinya atas kekecewaan yang teramat sangat dirasakan.

Kepala sekolahku tak segan mengucapkan terimakasih untuk melaporkan kasusku, ternyata sekolah ini juga memikirkan nama baik sekolahnya dan anak-anak murid yang juga bisa menjadi korban selanjutnya.

Tiba-tiba saja bang Madi tidak hadir lagi di sekolah semenjak kejadian itu. Bahkan dia menghilang entah kemana, tak ada seorangpun yang tahu dimana keluarga bang Madi karena bang Madi sangat tertutup untuk hal-hal bersifat pribadi. Menurut Richard Von Kraft-Ebing seorang ahli kejiwaan dari Austria begitulah kebanyakan seorang pedofil, mempunyai sifat tertutup, hanya menyukai sex dengan anak-anak dan bukan dengan orang dewasa. Kehidupannya juga sering berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain mungkin karena diusir atau menutupi kedoknya. Pedofil terlihat sangat ramah pada anak-anak tapi kenyataannya mereka predatori yang akan mengejar korbannya kemanapun hingga mendapatkannya.

-----------

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (Albaqarah : 153)

Betapa sulitnya bunda menghadapi keadaan ini sendirian, belum lagi melaporkan kasus ini ke polisi selalu saja harus berhadapan dengan sistem birokrasi negri ini yang bertele-tele dan memakan biaya dan waktu yang lama. Tapi aku tak pernah melihat kesabaran yang luar biasa dari seorang ibu seperti yang bunda lakoni sekarang ini. Keadaan ini semakin membuat aku mencintai bunda.

Aku yakin sekali banyak di luar sana yang mengalami hal seperti yang aku alami, tapi jarang yang mau melaporkan karena mungkin akan menjadi rumit jika harus melapor. Belum lagi hukuman untuk seorang pedofil hanya dijerat 15 tahun penjara dan denda 300juta rupiah, aku pikir itu tak akan sebanding dengan trauma yang dialami anak-anak sepanjang umurnya.

Entah berapa kali aku harus bolak balik ke dokter lalu bertemu dengan om yang berpakaian rapi dan sangat baik. Kata bunda aku sedang ditherapy, aku mengikuti saja ajakan bunda. Terkadang aku terbangun di malam hari karena mimpi buruk, aku tak mendapati bunda di tempat tidur bersamaku, tapi aku selalu melihat bunda dengan mukenanya dalam sujud yang dalam dengan linangan air mata. Begitulah bunda menjalani hari-harinya dengan shalat dan kesabaran.


-----------

People should always try to take the bad things that happen to them

in their lives and turn them into something good...


Bunda adalah ibu yang luar biasa, aku akui aku memang mengalami trauma dengan kejadian itu, namun aku tak menyangka mampu melewati masa kecilku dengan indah dalam artian tak jauh berbeda dengan anak-anak yang lain. Bunda selalu mengatakan bahwa aku anak yang kuat, bahwa aku anak yang berani menghadapi sesulit apapun kondisi dalam hidup ini. Aku sudah pernah terlatih dengan kehilangan ayahku di usia 3 tahun, padahal saat itu saat-saat yang indah bersama ayah. Sekarang aku terkuatkan oleh cinta bunda untuk menjadi kuat dan semakin kuat.

Setelah 22 tahun yang lalu, apa aku sudah melupakan kejadian itu?? Tentu saja jawabannya tidak. Aku sama sekali tidak melupakan kejadian yang sangat buruk itu. Tapi aku menghadapi ketentuan yang telah digariskan padaku untuk berani menghadapi dan menjadi pejuang sejati, bukan menjadi yang kalah. Jika aku bisa memilih tentu aku ingin masa kecilku dilalui dengan hal-hal yang indah, jika aku mampu menghapus kisah buruk itu tentu aku akan menghapusnya, tapi aku tak punya kekuatan untuk itu. Aku hanya punya kekuatan untuk melangkah ke depan menjadi orang yang bertanggung jawab atas masa depan yang aku dambakan.

Aku kagum pada Oprah Winfrey karena kegigihannya melawan kondisi yang serupa. Ketika berumur 9 tahun juga mengalami pelecehan seksual oleh sepupunya sendiri dan harus hamil di usia muda, tapi tak ada satupun yang menyangka bahwa ia bisa menjadi seperti sekarang ini, menjadi orang yang terkenal dan salah satu orang terkaya di dunia. Jadi, aku pikir tak ada satupun alasan untuk aku putus asa dengan masalaluku, aku harus kuat karena aku memang punya kekuatan untuk itu.

-----------

“Ayo,..ngelamunin apa neh” tiba-tiba Bima menepuk pipiku. Ternyata aku telah mendiamkannya cukup lama. Ini malam pengantin kami, bagaimana mungkin aku membiarkannya menunggu lama. Walaupun masih sedikit kaget, aku menyambut pelukan hangat suamiku tercinta.

“Apa kau masih teringat kejadian itu cinta? Bima memelukku dari belakang, memberikanku ketenangan. Aku bersyukur menemukan Bima untuk menjadi salah satu bagian dari sepanjang hidupku di dunia. Aku bersyukur memiliki bunda yang super perhatian, aku bersyukur begitu banyak orang-orang yang menyayangiku.

“kejadian itu memang masih ku ingat, tapi yakinlah semua itu tak memberi pengaruh apapun untuk kita di malam ini dan selanjutnya” Bima tersenyum setelah mendengar ucapanku yang penuh keyakinan. Aku rasa semua orang berhak untuk bahagia.

Yang kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan (Nya), dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya (Alfurqan : 02)



Untuk semua paedophilia

Jangan hancurkan masa depan anak-anak kami

Tidak ada komentar:

Posting Komentar