banyak sekali sisi kehidupan yang berbeda di luar sana, mencoba mencari hikmah dari setiap kisah hati seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya.
Laman
Sabtu, 25 September 2010
Peri Berkerudung Biru
Koridor 017
Hatiku tertinggal di sini, telah lama kuraba mencoba menemukan tiap sudutnya
Koridor 017 warna temaram menghiasi sepanjangnya,…
Begitu redup cahaya di sana,..seredup keinginanmu untukku,…
Peri berkerudung biru dalam senyumannya yang sendu,…
Koridor 017,..ketika kuletakkan harapanku
Mata coklatmu berbicara,..”aku baik-baik saja”
Wahai Peri berkerudung biru,..
Kurasakan cumulonimbus menggelantung pekat di atas kepalaku
Diam,…Mataku panas menahan genangan sumur airmata di hatiku
Lepaskan,..kan ku coba lepaskan
Walaupun lebih berat daripada menahannya,..
Koridor 017 barisan file teratas dari kisahku
Tanpa perlu kubuka isinya,..
Hatiku telah sangat kenal judulnya
Peri berkerudung biru,….aku tak kan memohon
Namun Ijinkan aku tetap membukanya di file hatiku…
----------------
Pertengahan February
Bagaimana mungkin mata coklat itu kini redup
Lebih redup dari cahaya lampu di koridor 017,…
Peri berkerudung biru,..
Ku akui,..aku tlah menjadi pendosa
Ketika dekapanku begitu erat menyanjung malaikat
Namun hatiku tak berani membisu melafalkan kisahmu,…
Seperti dzikir panjang yang tak pernah terputus waktu
Pertengahan February,…tanpa hujan,..tanpa terik
Ketika “seandainya” itu punya makna,…
Mungkin aku akan memilih mencarikan cahaya untukmu
Walaupun bukan cahaya gemintang,..
Kerlipan Kunang-kunang pun akan terasa indah,…
Peri berkerudung biru,…
Meskipun ku tak mungkin mengubah “seandainya”
Setidaknya biar kurangkai senyummu menjadi indah
Biar kuterangi coklatnya matamu hingga berbinar
Walaupun hanya dengan itu aku akan tetap menjadi seorang pendosa
Antara kau peri berkerudung biruku dan bidadari yang erat memeluk tubuhku,..
Peri berkerudung biru,…untuk kesekian kali, ku mohon…Maafkan hatiku….
Kamis, 02 September 2010
Raishah dan Renata
Gadis kecil bernama Raishah
“Raishah,…raishah,…apa kau mendengarkanku??” suara itu berbisik perlahan, tepat di telinga raishah.
“iya,..kamu siapa??”……….raishah membuka matanya.
“aku Renata,..aku telah datang untukmu” renata menatap tajam jauh ke dalam bola mata raishah.
“aku kesakitan,…” ringis raishah
“sssstttttt,….tenanglah, jangan menangis lagi. aku telah sangat mengetahuinya. Tak akan kubiarkan lelaki tua itu menyentuh tubuhmu lagi…diamlah, kan kubasuh lukamu, jika kau mau aku tak akan goyah bersamamu”…..renata mendekap raishah, menenangkan hati kecilnya.
Gadis remaja bernama Raishah
“Renata,…aku kecewa, aku merasa tak punya nilai” raishah terisak sendu.
“karena wanita tua itu??? Masihkah dia bersikap kasar padamu??”
“iya,…angguk raishah dalam…. “apakah dia pernah bersikap baik selaku ibu padaku??”….raishah kembali terisak sesenggukan.
“bersabarlah,..aku selalu setia padamu”…raishah tersenyum dengan manis.
Seorang Mahasiswi bernama raishah
“aku hancur,..aku telah hancur,..aku benar-benar hancur” raishah tak berdaya di sudut gedung utara kampus. Renata menangis di sampingnya,untuk kali pertama.
“bangkitlah raishah, ini hanya mimpi buruk!!!,..seburuk apapun kau bisa memulainya lagi”….renata berhenti menangis, membantu tubuh raishah yang limbung untuk berdiri.
“apa aku harus selalu merasa kesakitan??” raishah berdiri lunglai, meringis merasakan perih diantara selangkangannya, dia tahu, dia telah tersobek-sobek oleh kebejatan nafsu lelaki penghuni jahannam.
“raishah,…bagi sakitmu denganku, kan ku bagi seluruh bahagiaku padamu” renata memapah tubuh raishah yang lemah dan terluka.
Wanita dewasa, bernama raishah
“kini saatnya raishah,…saat kita harus berpisah”….renata menggenggam erat jemari lentik wanita dewasa bernama raishah.
“aku belum siap,..ku mohon, tetaplah di sampingku” raishah berbisik halus.
“berhentilah sampai di sini, suatu saat aku bisa mengganggumu,…entah kapan lagi akan terulang…apa kau ingat, ketika kau tertawa lepas lalu tiba-tiba menangis karena aku mengingatkanmu akan luka itu??,…apa kau ingat ketika kau belajar menjadi lebih beriman namun aku mengajakmu menjadi nakal….walaupun tak selalu begitu raishah,…tapi aku tak ingin kau menciptakan kamuflase dalam dirimu sendiri, aku tak ingin kau menyimpanku lebih jauh dalam jiwamu”…
“aku takut sendiri,..aku telah terbiasa bersamamu” raishah memohon dengan sangat.
“ada beribu kemungkinan di sekelilingmu, ada banyak kesempatan di depanmu, namun hanya ada satu kekuatan di belakangmu yaitu TUHAN,..apa kau harus takut??? Kuncinya hanya satu keikhlasan raishahku sayang,….ikhlaskanlah semua yang telah terjadi dalam hidupmu,…jadilah jiwa yang matang!! aku pergi!...renata kemudian berlari menjauh semakin jauh.
Raishah senyap,..senyap dirasakan separuh jiwanya. Renata memang pergi, tapi suatu saat dia kan kembali menjadi sebagian jiwa raishah yang lain.
“aku tak akan mengucapkan selamat jalan,..karena ku yakin kau hanya berhibernasi, suatu saat kau akan bangun lagi saat kubutuh jiwaku yang lain Renata.
------------
Jakarta, 3 september 2010
Aida m affandi
Langganan:
Postingan (Atom)